Buku Musik Yang Mengusik Jiwa
Yang ada di hadapan kalian adalah buku untuk pelajaran musik,” kata Pak Zira, guru seni musik, saat mengajar di kelas delapan.
”Tolong nanti malam dibaca, pelajari lirik-lirik lagu yang ada di
buku musik itu. Minggu depan kita akan menyanyikan lirik lagu itu satu
per satu,” Pak Zira menambahkan.
”Baik, Pak!” seru siswa serentak.
TING-TONG…, ting-tong! Bunyi bel pulang. Setelah berdoa dan mengucapkan salam. Semua siswa berhamburan meninggalkan kelas.
Sesampai di rumah, Hairus langsung masuk kamar. Meletakkan tas
sekolah, berganti pakaian, ia lalu makan siang. Setelah itu, ia pergi
menuju rumah Kakek dengan membawa buku musik.
Rencananya, Hairus ingin minta diajari menyanyi oleh Kakek. Di kota
ini, siapa yang tidak kenal kakek Hairus. Mantan penyanyi keroncong yang
pernah melegenda karena suara merdunya.
Sampai sekarang, sekalipun kakek Hairus sudah berusia hampir tujuh
puluh tahun, tetapi jika menyanyi masih bisa membikin tidur anak-anak.
Sangat indah dan merdu.
Namun, anehnya, sekalipun punya kakek mantan penyanyi terkenal,
Hairus tidak suka dengan menyanyi. Pastilah karena suara Hairus
benar-benar jelek. Bisa dikatakan suaranya terjelek di kelas. Makanya,
mata pelajaran seni musik adalah pelajaran yang paling tidak disukai
Hairus.
”UUUHHH…., Kek! Aku dapat tugas lagi menghafalkan lagu-lagu daerah
untuk dinyanyikan minggu depan,” protes kesal Hairus kepada Kakek.
”Ha-ha-ha…,” Kakek tersenyum khas dengan gigi-giginya yang ompong.
”Kenapa ya, Kek, masih ada pelajaran seni musik. Andai ada sekolah
yang tidak ada mata pelajaran seni musiknya, pasti aku pindah ke situ,
Kek,” kata Hairus semakin kesal.
”Atau aku minggu depan tidak usah berangkat saja ya, Kek,” tambah Hairus sambil melempar buku musiknya.
”Jangan begitu, Hairus. Seni musik itu penting untuk perkembangan jiwa dan….”
Ah, kalau sudah begini, Kakek bisa bicara berjam- jam. Hairus pun segera memotong perkataan Kakek.
”Ajari aku menyanyi ya, Kek?”
”Baik, kebetulan Nenek tidak di rumah, sedang menginap di rumah Bude
Rita, dan besok kan hari Minggu. Jadi, kamu malam ini tidur menemani
Kakek. Kakek jamin dalam waktu semalam, kau akan kubuat cinta pada
musik. Ingat, Hairus! Dengan cinta dan suka pada musiklah, nanti kamu
bisa menyanyi dengan indah. Menyanyi dari jiwa….”
”Baik, Kek,” Hairus kembali memotong perkataan Kakek.
SIANG itu, Hairus diajak mandi di sungai dekat rumah Kakek. Saat
mandi di sungai, Hairus disuruh berteriak-teriak yang keras dan
menirukan suara berbagai jenis binatang. Setelah itu, Hairus juga diajak
lomba berendam tak bernapas di dalam air. Hairus kalah.
”Ah, bagaimana kau, Hairus. Masak kalah berendam dengan Kakek. Ah, payah kau,” ejek Kakek.
Karena diejek, Hairus pun berusaha keras. Akhirnya Hairus berhasil mengalahkan Kakek.
”Yeeee…, aku berhasil,” teriak Hairus bangga.
Selanjutnya, Hairus diajak latihan pernapasan. Latihan, yang kata
Kakek disebut sebagai dasar bernyanyi, dilakukan dengan menyenangkan,
sampai tidak terasa hari mulai sore. Keduanya pun bergegas pulang.
Hairus sangat senang bermain di sungai dengan Kakek.
MALAM harinya, Hairus menuntut untuk diajari menyanyi. ”Ayo Kek, sekarang ajari bernyanyinya,” rengek Hairus.
”Kau sudah bisa bernyanyi Hairus. Kau sudah bisa berteriak lebih
keras dari Kakek. Kau sudah bisa menahan napas dan berendam di sungai
lebih lama dari Kakek. Kau sudah bisa menirukan suara binatang dengan
bagus. Jadi, kau pasti sudah bisa menyanyi dengan baik. Tinggal satu
hal….”
”Apa Kek?” potong Hairus.
”Kau harus yakin bahwa kau bisa,” kata Kekek yang bergegas meninggalkan Hairus.
”Kakek capek, mau istirahat dulu ya. Kau juga perlu istirahat,” kata kakek Hairus sambil berjalan menuju kamar.
Hairus bengong. Batinnya berkata, ”Kau harus yakin bahwa kau bisa!”
Kata-kata Kakek tadi terus dipikirkan Hairus, sampai dibawa ke dalam mimpi.
Hairus bermimpi membaca berkali-kali buku musik itu. Tapi, isi setiap
halaman dari buku musik itu hanya: kau harus yakin bahwa kau bisa!
Kemudian terdengar suara lucu dari dalam buku musik itu.
”Hairus, yakin itu harus percaya diri dan bisa itu harus dengan sungguh-sungguh. Itu kuncinya untuk bisa menyanyi dengan bagus.”
”Tapi bagaimana caranya?” tanya Hairus.
”Belajar dengan sungguh- sungguh.”
”Hairus, sudah siang,” suara Kakek membangun tidur Hairus.
”Ya, Kek.”
SEJAK saat itu. Hairus pun belajar menyanyikan lirik di dalam buku musik itu dengan sungguh-sungguh.
”Hairus,” panggil Pak Zira, ”sekarang giliranmu menyanyi.”
Seperti biasanya, setiap kali Hairus mau menyanyi di kelas, pasti tawa teman-temannya meledak.
”Ini dia penyanyi kita, cucu dari jagoan raja keroncong di kota ini,” ejek Rico yang disertai tawa teman- temannya.
”Mari kita berdoa semoga kita tidak lekas sakit perut mendengar suara Hairus,” tambah Zizi.
Tapi, tidak seperti hari- hari sebelumnya, di mana saat diejek Hairus
takut dan malu. Siang ini, Hairus melangkah dengan gagah penuh percaya
diri.
Selesai mengucapkan salam dan menatap semua temannya dengan percaya diri, Hairus pun bernyanyi lagu ”Gambang Suling”.
Gambang Suling.
Kumandang suarane…
SEKETIKA itu semua siswa tersihir dengan suara Hairus yang indah dan
merdu. Tak ada berisik sedikit pun. Semua siswa menikmati alunan tinggi
rendahnya intonasi suara Hairus dengan saksama.
Setelah Hairus selesai, langsung semua siswa berdiri dan bertepuk
tangan, seperti sedang menyambut artis yang mau mendapat penghargaan….
”Hebat, Hairus…!!!” seru teman-temannya.
Adegan ini persis seperti seorang artis yang sedang konser kolosal.
Sejak saat itu, nama Hairus melegenda di seantero kelas, bahkan kota. Nama penerus raja keroncong telah lahir: Hairus.
”Ha-ha-ha…,” Hairus tertawa sendiri di kamar mengingat kejadian itu.
”Terima kasih Kek, terima kasih buku musik, karena bantuan kalian
yang mengajarkan prinsip: kau harus yakin bahwa kau bisa!” kata Hairus
dalam hati.
About Me
- Flaviana Febriani
- I'm teenager which make some stupid mistakes & trying to find a place in this world!. Ordinary person with an extraordinary life (:. I admire myself because I'm so proud to be me♥. Follow me: @flaviana27_

0 komentar:
Posting Komentar