Cerpen: Terompet Tahun Baru Kiera
“Huh..sebel…sebel… sebel” hati Kiera terus berujar tanpa henti, seperti
juga hujan rintik yang mengguyurnya siang itu. Sambil berjalan tanpa
semangat, tangan kecil itu direntangkannya berusaha menyentuh semak
rumput yang tumbuh tak terawat disepanjang jalan yang ia lewati. Dia
terus berjalan tanpa bisa menyembunyikan kekesalan yang terpampang di
wajah lugunya. Tanpa dia sadari..sejuknya sisa air hujan yang masih
menggantung di ujung-ujung daun semak hijau yang dia raih sedari tadi
menjadi penenang hatinya yang sedang marah. Sesekali dia menghela napas
dari mulutnya yang kecil.
“Masih sepuluh petak sawah lagi yang harus kulewati untuk sampai kerumah”
katanya sambil menghitung deretan sawah sepanjang langkah pulang.
Tiba-tiba, wajahnya berubah lagi, bibir mungilnya semakin
cemberut..entah kemana perginya perasaan tenang yang sempat meredakan
kesal hatinya tadi, dia mengingat penyebab kekesalan yang dia rasakan
siang itu ”kenapa sih Bintang harus membawa terompet jelek itu ke
sekolah?”, aku jadi ingin punya juga...” ujarnya...aku ingin malam tahun
baru ini bisa meniup terompetku sendiri... ”Lagian nilai ujianku
kemarin paling bagus dikelas..tapi tak ada hadiah buatku..dasar ibu tak
sayang aku..ibu jahat..” dia semakin bertambah kesal. Kakinya menendangi
kerikil bercampur lumpur yang menghalangi jalannya.
Tak terasa sudah genap 32 petak sawah yang ia lewati mulai dari keluar
halaman sekolah, didepannya tampak rumah berdinding kayu yang terlihat
lusuh. Karena masih kesal, dia membuka pintu rumah tanpa mengucap salam
seperti yang biasa dilakukannya setiap hari.
”Bu...ibu..., ibu dimana???” Kiera sedikit berteriak memanggil ibunya.
”Dibelakang sayang..., ibu di dapur”..sahut sang ibu.. ”Bu..pokoknya
Kiera minta terompet...terompet seperti punya bintang...pokoknya Kiera
ingin punya terompet.... .ibu harus membelikan Kiera..Kiera kan sudah
jadi juara kelas bu..Kiera juga sudah rajin membantu ibu..belikan Kiera
terompet ya bu..., malam ini kiera ingin tahun baruan meniup terompet
bu.” Kiera memaksa sambil memohon. Sang ibu yang selama ini sendirian
membesarkan Kiera, sejenak menghentikan aktivitas tangannya yang sedari
tadi sibuk memotong-motong tempe yang akan dia goreng. Sang ibu sejenak
terdiam dan berpikir..dia lalu tersenyum melihat wajah Kiera yang terus
memohon..”iya sayang..Kiera sudah pintar, kiera sudah rajin membantu
ibu..tapi maaf sayang...ibu minta maaf..ibu bukannya tak mau beliin
kiera terompet..tapi penjual terompet letaknya jauh di kota
sayang..siapa yang akan membeli kesana?? Bujuk ibunya. ”Lagipula untuk
apa kita membeli terompet sayang..kalau ibu bisa membuatmu senang dengan
suara jelek ibu..ibu akan menyanyikan kamu lagu yang kamu senangi
semalaman asal kamu bisa senang...suara terompet itu hanya akan membuat
ibu sedih sayang...”, ”Ah ibu nggak sayang kiera..bilang saja ibu tak
mau beliin Kiera.” Kiera beranjak berlari meninggalkan ibunya sambil
menangis. Sang ibu terdiam sendiri di dapurnya yang pengap.
”.....bagaimana mungkin ibu membelikan kamu terompet sayang...untuk
makan saja ibu harus menjual hasil kebun kita yang tak seberapa, belum
lagi biaya sekolahmu..maaf sayang..ibu tak mampu membelikannmu. .ibu
harus menabung untuk sekolahmu nanti..” ujar sang ibu dalam hati.., tak
terasa sang ibu menitikkan air mata sambil mengingat tatapan mata kecil
Kiera.
Di kamarnya, Kiera terus menangis memikirkan ucapan ibunya...dia masih
terlalu kecil untuk memahami kesulitan hidup yang dirasakan ibunya.
Baginya, dia hanya tahu terompet indah itu akan membuatnya senang.
Terompet itu akan dia tiup dan suara riuhnya akan mewakili keriangan
hatinya yang akan segera naik kelas.
Saat malam tiba, sang ibu mendatangi Kiera dikamarnya ”....Kiera masih
ngambek bu..” sahutnya sambil mendekap bantal. ”Iya sayang..Ibu hanya
ingin menemani Kiera tidur..ibu nyanyikan Kiera lagu ya..??.lagu yang
Kiera suka..ibu akan nyanyikan semalaman suntuk biar kiera nggak
ngambek...Kiera tak menjawab, dia kembali menangis sementara ibunya
menyanyikan lagu indah kesenangan Kiera dengan suara lembutnya. Kiera
tetap menangis..tapi alunan suara lembut ibunya lama-kelamaan membuatnya
tenang dan nyaman.., malam itu tanpa terasa Kiera akhirnya tertidur
melewati malam akhir tahunnya tak berterompet melainkan bersama nyanyian
indah sang ibu.
Malam ini Kiera terbangun, hujan deras diluar membuatnya kedinginan.
Dikamar rumahnya yang kini megah ber-AC dia terduduk menghadap jendela.
”Sudah 10 tahun lebih sejak ibu meninggal” ingatnya. ”Kini aku bisa
hidup mandiri berkecukupan” dia tersenyum bersyukur.
Sekarang Kiera benar-benar sudah dewasa, hidupnya sudah mapan dan
memiliki keluarga yang bahagia, sang suami begitu sayang kepadanya dan
seorang putri cantik kecil menjadi peri yang membuatnya selalu bahagia.
”Malam ini tanggal 31 Desember, malam akhir tahun... dia menghela napas,
teringat masa kecilnya dulu.., setiap menjelang akhir tahun dia selalu
saja harus menangis didalam kamarnya, melewati malam tahun baru tanpa
tiupan terompet idamannya..karena setiap akhir tahun itu pula dia selalu
meminta ibunya untuk membelikannnya terompet, dan dia teringat bahwa
sang ibu selalu memberi alasan yang sama dengan mata sembap sang ibu di
keesokan harinya.
Malam ini Kiera berada di titik yang memberikan kenangan sama...namun
bagi Kiera kini dia berpikir beda...”aku tak perlu terompet untuk
merayakan malam tahun baruku” ujar hatinya..”tak ada terompet akhir
tahun yang lebih indah dan lebih merdu suaranya ketimbang nyanyian riang
yang keluar dari mulut ibu setiap malam akhir tahun itu....terompet ibu
menemaniku tertidur dalam tenang..” .Kiera besar kini tahu..mengapa
terompet itu tak pernah terbelikan.. ...karena sang ibu menyayanginya
lebih dari terompet idamannya, sang ibu mendahulukan sekolah dan
kehidupan Kiera agar dia dapat menjadi anak yang pintar dan kelak mampu
membeli terompetnya sendiri.
Terduduk berpikir, Kiera terus menerawangi malam melalui jendela
balkonnya... .bibirnya tanpa sadar bergerak...dikejauh an mulai
terdengar suara riuh terompet akhir tahun yang ditiupkan keras-keras.
.dan gemerlap kembang api warna-warni juga nampak ramai berangkai di
langit malam ini...pertanda tahun sudah beralih....bibir Kiera terus
bergerak tanpa dia sadari... dia menyanyikan lagu kesenangannya semasa kecil, lagu yang selalu
dinyanyikan ibunya setiap malam itu.....tanpa sadar air matanya
mengalir..dia menangis bahagia..”Terima Kasih Ibu.., suara terompet”-mu
selalu menemaniku di setiap malam akhir tahun...”.
About Me
- Flaviana Febriani
- I'm teenager which make some stupid mistakes & trying to find a place in this world!. Ordinary person with an extraordinary life (:. I admire myself because I'm so proud to be me♥. Follow me: @flaviana27_

0 komentar:
Posting Komentar